IT'S SAFETY BUSSINESS!

Google
 
Web www.safety-news.blogspot.com

Blog

Saturday, March 21, 2009

’Building A World Class Safety Culture’

’Building A World Class Safety Culture’
(Membangun Budaya Keselamatan Kerja Kelas Dunia)

Pada suatu malam (malem Jumat kliwon), saya bertemu dengan seorang
kolega yang sudah cukup lama tidak bersua. Sambil minum “Teh Poci” ala
warteg, obrolan terus mengalir, mengenai keluarga, dan pekerjaan masing
masing, yang akhirnya disalah satu sesi obrolan tsb. dia bercerita tentang
masalah berat yang dia hadapi di tempat kerjanya saat ini.
“Saya pusing karena harus menangani ”kematian” karena kecelakaan
kerja (fatality),” kata teman saya yang bernama BADROEN. Yang membuat
saya turut pusing adalah perusahaan BADROEN ini telah mendapat ”Zero
Accident-Safety Award” berkali-kali. Ini setidaknya mungkin secara sistem,
perusahaan ini telah bagus dan lengkap dari ISO ke OHSAS 18001.
”Saya lagi tidak beruntung karena usaha saya dalam meningkatkan
disiplin di tempat kerja selama tiga tahun telah gagal,” kata BADROEN
yang lagi bingung sambil menggaruk bagian kepalanya yang licin . Apabila
kita lihat data kecelakaan di tempat kerja selama tiga tahun berturut-turut,
hasilnya cukup bagus yaitu kecelakaan kerja yang terjadi adalah first aid.
Saya sebagai teman baik dan concern dengan masalah sefety merasa ikut
prihatin dan menganalisa kenapa kecelakaan kerja yang sangat parah
(fatality) masih bisa terjadi pada perusaaan yang mempunyai sistem yang
sudah bagus tersebut. Hasil diskusi dan analisa lebih lanjut menjelaskan
bawa Safety belum membudaya secara baik.

Empat Budaya Safety.

Budaya Reactive:
Didalam budaya ini, safety didelegasikan kepada Safety Department. Kalau
ada kecelakaan semua orang sibuk dan kesalahan selalu ditujukan kepada
safety, Management Commitment hampir tidak ada. Untuk mencegah
kecelakaan, Petugas Safety berpatroli selama 24 jam, mengawasi terus
menerus. Pada budaya ini tingkat kecelakaan kerja masih sulit dikendalikan
atau “ Zero is Unrealistic”. Kecelakaan kerja kapan saja akan datang kalau
pengawasan mengendur. Sebagai perumpamaan polisi tertidur, kecelakaan
meningkat.

Budaya Dependent:
Didalam budaya ini, safety sudah menjadi kondisi untuk bekerja. Peringatan
keras akan diberikan bila ada pelanggaran safety. Management Commitment
mulai ada. Safety Procedure diperbaiki terus menerus. Safety Training wajib
diberikan kepada semua orang yang bekerja. Pada budaya ini tingkat
kecelakaan kerja telah membaik tetapi mencapai Kesinambungan
(Sustainable) Zero Accident masih sulit atau ”Zero is Difficult”. Kecelakaan
kapan saja akan datang kalau komitment menurun.

Budaya Independent:
Didalam budaya ini, safety sudah menjadi personal komitment dari semua
orang. Manajemen telah turun langsung ke lapangan untuk melakukan
management audit. Safety menjadi tanggungjawab lini operasi. Safety
standard telah diinternalisasi didalam semua proses bisnis. Pengetahuan
safety telah menjadi kebutuhan dan kompetensi manajemen. Pada budaya ini
tingkat kecelakaan kerja telah mencapai Zero (Kadang-kadang) atau ”Zero is
by chance”. Pada budaya ini bagian Safety Department sudah berapda posisi
yang cukup stabil dan aman.

Budaya Interdependent:
Budaya safety inilah yang menjadi tujuan bagi semua organisasi. Safety
sudah menjadi kebanggaan bagi semua orang di dalam organisasi karena
semua orang menceritakan safety. Terjadi saling menjaga dan mengingatkan.
Semua pegawai mempunyai otoritas mencegah kecelakaan dengan menegur
bahkan memberhentikan proses bila proses ini membahayakan karyawan dan
perusaan. Pada budaya ini kecelakaan kerja telah mencapai Zero yang
berkesinambungan atau ”Zero by Choice”. pada budaya ini Safety
Department telah menjadi Centre of Excellence.
Bagaimana memperbaiki budaya?
BADROEN menjadi tertarik ketika saya menceritakan empat budaya safety
ini. Dia menanyakan bagaimana caranya (How to implement it?)
” Pertemukan saya pada Top Manajemen Perusahaan dan biarkan saya
menceritakan keempat budaya ini”, jawab saya. Jawaban ini sepertinya tidak
begitu berkenan bagi BADROEN, ”Kenapa Top Manajemen, apakah dengan
saya tidak cukup?”
Saya menjawab, perubahan budaya dimulai dari kepemimpinan. Hanya
Pemimpin yang bisa membawa perubahan karena perubahan ini mencakup
seluruh orang yang berada di organisasi. Perubahan ini harus dimulai dari
perubahan sikap dan proses kepemimpinan. Jangan berharap terjadi
perubahan yang drastis kalau sikap pemimpin masih sama (status quo).
Selain pemimpin, apalagi?” Tanya BADROEN ini.
”Anda”, jawab saya.
”Loh kok saya?” BADROEN tertegun. Untuk merubah sesuatu,perubahan
juga dimulai dari diri kita sendiri. Banyak organisasi yang tidak mau berubah
karena orangya tidak mau berubah.
Perubahan yang diharapkan dari orang safety adalah perubahan paradigma
bahwa safety adalah tanggungjawab lini operasi bukan tanggungjawab safety
department. Ada ketakutan dari orang safety bila paradigma ini diterapkan
akan mengurangi pekerjaan dan tanggungjawab mereka. Walaupun
sebenarnya ini bukanlah hal yang harus ditakuti karena dalam pepatah bisnis,
”Semakin kita takut kehilangan, maka kita semakin dekat dengan kehilangan.”

Perubahan paradigma ini memang akan merubah tanggunjawab orang safety
yang lebih banyak melakukan pengawasan secara reguler. Sehingga mereka
mempunyai waktu yang lebih untuk berpikir dan menganalaisa untuk
melakukan perubahan. Mereka akan mempunyai waktu untuk berdiskusi
dengan orang lapangan dan konsultan, dan melihat kondisi kerja saat ini yang
akhirnya mereka mampu membuat road map perubahan. Road Map
perubahan yang terintegrasi dengan perubahan organisasi menjdikan safety
department ”Agent of Change” yang lambat laun meningkatkan tingkat
kompetensi orang safety. Peningkatan kompetensi beserta peningkatakan
pengaruh akan merubah peranan safety dari ”Inspektur” menjadi ”Advisor”.
Akhir kata....
Setelah berdiskusi cukup panjang ini, BADROEN menjadi mengerti dan
memahami, makna safety sesungguhnya dan kita membuat janji untuk
mendiskusikan rencana pertemuan dengan direksi di tempat ia bekerja.
BADROEN merasa ”Lega” setelah mendengar cerita saya ini. Selain
mendapat solusi dari permasalahan pelik yang ia hadapi saat ini, tetapi arah
yang jelas kemana ”Seorang Safety berada’ perubahan dari ”Inspektur
Safety” menjadi ”Advisor” safety.

1 comment:

Training K3 said...

thx infonya....sangat bermanfaat....keep posting ya..